Wide^epid

Mei 28, 2012

Perjuangan Baru

Filed under: My Mind — Widekoto @ 7:01 am
Tags:

Perjuangan kedua baru saja dimulai………….

Setelah beberapa bulan yang lalu (tepatnya menjelang masuk semseter 4), ada kegalauan yang muncul. Cuti kuliah dan mencari pekerjaan dengan kuliah tapi sekolah adik-adik terbengkalai… Akhirnya ada seseorang yang dermawan yang mau meminjamkan uang untuk bayar kuliah semester 4. Dan di saat pertengahan kuliah ini……… Ada seseorang lagi yang mau meminjamkan uang untuk membeli laptop… 🙂 Subhanallah, perjuangan baru saja dimulai.

Perjuangan dalam menjalankan amanah dari kedua orang yang berjasa dan bisa dibilang orang yang berpengaruh di kampus “KILLER”.

Dosen killer itu ternyata cuma ada di sikap tapi di hatinya…………..We are the HERO.

Terima kasih atas bantuannya.

Semoga mendapatkan balasan yang sangat banyak dari ALLAH swt.

Alhamdulillah, saatnya berkarya… 🙂

Mei 22, 2012

my task

Filed under: Knowledge — Widekoto @ 8:50 am

Nama    :    Wiwid Handayani
NIM    :    1110101000079
TUBERKULOSIS
I.    PENDAHULUAN
TB adalah penyakit yang disebabkan oleh basil yang disebut tubercle bacillus. Basil ini terdapat dimana-mana, terutama pada tempat yang penuh sesak manusia. Tubercle bacillus juga terdapat pada lingkungan yang tidak sehat dan makanan yang dimakan kurang bergizi. Untungnya manusia mempunyai daya tahan yang kuat terhadap penularan basil tersebut. Kira-kira 90 persen orang yang tinggal di kota pernah tertular basil ini pada suatu waktu dalam hidup mereka. Namun pada umumnya mereka kurang menyadari bahwa diri mereka tertular basil penyebab penyakit TB. Akibatnya, 10 persen pengidap basil TB meninggal dunia karena terinfeksi dan terlambat mengobati. (Vicky, 2012)
Menurut Retno Asti Werdhani (nd), penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
o    Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara-negara yang sedang berkembang.
o    Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:
    Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
    Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya).
    Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
    Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.
    Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.
o    Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan.
o    Dampak pandemi HIV.

II.    KLASIFIKASI
Menurut Resha Ardianto (2010), berdasarkan organ yang terinvasi:
a)    TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam Tuberkulosis Paru BTA positif dan BTA negatif.
b)    TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin.
TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
    TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal; dan
    TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.

III.    CARA PENULARAN
Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru–paru penderita. Persebaran kuman tersebut di udara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB- Paru yang mengandung banyak sekali kuman dapat terlihat langung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya (penderita bta positif) adalah sangat menular (Hiswani, 2004).

IV.    GEJALA KLINIS
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2002), gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
1.    Gejala respiratorik
–    Batuk 2 minggu
–    batuk darah
–    sesak napas
–    nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2.    Gejala sistemik
–    Demam
–    Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
3.    Gejala tuberkulosis ekstra paru

V.    FAKTOR RISIKO
Menurut The American Thoracic Society (1981), faktor-faktor yang mempermudah terjadinya TB dibagi menjadi faktor risiko infeksi dan faktor risiko menjadi penyakit.
1.    Risiko infeksi TB
         Faktor risiko terjadinya infeksi TB yang utama adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif. Berarti, bayi dari seorang ibu dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB. Semakin dekat bayi tersebut dengan ibunya, makin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan droplet nuclei yang infeksius.
         Risiko timbulnya transmisi kuman dari orangdewasa ke anak-anak akan lebih tinggi lagi jika orang dewasa tersebut selain mempunyai BTAsputum positif juga terdapat infiltrat yang luas pada lobus atas atau kavitas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat, terutamasirkulasi udara yang tidak baik.
         Faktor  risiko lainnya antara lain : daerah endemis, penggunaan obat-obatan intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat (tempat penampungan atau panti perawatan). Pasien TB anak  jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini disebabkan karenakuman TB sangat jarang ditemukan dalam sekret endobronkial dan jarang terdapat batuk.

2.    Risiko penyakit TB
         Orang yang telah terinfeksi kuman TB, tidak selalu akan menderita penyakit TB. Faktor-faktor yangdapat menyebabkan progresi infeksi TB menjadi sakit TB antara lain :
•    Anak usia < 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit Tb, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun, risiko sakit TB akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia.
•    Faktor risiko yang lain adalah konversi tes tuberculin dalam 1-2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan imunokompromais (misal infeksi HIV, keganasan, tranplantasi organ, pengobatan iminosupresi), diabetes mellitus, gagal ginjal kronik dan silicosis. Pada infeksi HIV, terjadi kerusakan imun sehingga kuman TB yang dorman mengalami aktivasi. Pandemi infeksi HIV dan AIDS menyebabkan peningkatan pelaporan TB secara bermakna di beberapa negara.
•    Status sosioekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian, pengangguran, pendidikan yang rendah dan kurangnya dana untuk pelayanan masyarakat juga mempengaruhi timbulnya penyakit TB di negara berkembang. Di negara maju, migrasi penduduk termasuk faktor risiko.

VI.    EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 – 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul (PDPI, 2002).
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk  (Depkes, 2006).

VII.    KESIMPULAN
Tuberkulosis adalah penyakit yang menjadi masalah urgent dalam lingkup kesehatan masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan banyak menyerang  organ paru-paru. Penyebab penyakit ini sangat beraneka ragam antara lain faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sosial ekonomi, kepadatan penduduk, dan sebagainya. Penyakit ini menjadi beban Indonesia karena dalam data dari WHO tercatat bahwa di dalam Bagian Asia Selatan-barat, TB di Indonesia menduduki peringkat 4.
Berikut adalah tabel tentang estimasi insiden, prevalensi, dan mortalitas TB di daerah bagian Asia Selatan-Barat (WHO Regional Office for South-East Asia 2012, 2009).


DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2002). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Ardianto, R. (2010, Mei 02). Klasifikasi TBC. Retrieved Mei 15, 2012, from Ilmu Kedokteran Adalah Sumber Inspirasi: http://reshaardianto.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_63.pdf
Hiswani. (2004). Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi. Sumatera Utara: FKM Universitas Sumatera Utara.
Indonesia, T. (2012). Epidemiologi TBC di Indonesia. Gerakan Terpadu Penanggulangan TB Terpadu.
Indonesia, T. (2012). Epidemiologi TBC di Indonesia. Retrieved Mei 15, 2012, from TB Indonesia.or.id: http://tbindonesia.or.id/tbnew/epidemiologi-tb-di-indonesia/article/55/000100150017/2
Kesehatan, D. (2006). Pedoman Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Pai, F. (2011, Maret 7). Klasifikasi TBC Menurut The American Thoracic Society 1981. Retrieved Mei 15, 2012, from http://www.scribd.com/doc/59213346/6/Tabel-3-Klasifikasi-TBC-menurut-The-American-Thoracic-Society-1981
Vicky. (2012, Maret 22). ridwanaz.com. Dipetik Mei 22, 2012, dari ridwanaz.com: http://ridwanaz.com/kesehatan/penyebab-gejala-dan-cara-mengobati-penyakit-tbc/
Werdhani, R. A. (n.d.). Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi. Jakarta: FKUI.
 WHO Regional Office for South-East Asia 2012. (2009, Maret 4). Retrieved Mei 17, 2012, from WHO: http://www.searo.who.int/en/Section10/Section2097/Section2100_10639.htm

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.