Wide^epid

April 1, 2013

Penerapan Penyelidikan Epidemiologi DBD

Filed under: Investigasi Wabah — Widekoto @ 4:48 am

Kemarin saat melakukan kajian di suatu wilayah, ada ibu RW setempat yang berpapasan dengan saya. Dia lalu memberitahukan bahwa di wilayah tersebut ada salah seorang warganya yang menderita penyakit DBD.
Secara tidak langsung jiwa saya merasa terpanggil dan ingin bertemu dengan penderita tersebut karena kata ibu RW tersebut, penderita itu belum dideteksi oleh puskesmas setempat.
Dengan bekal mata kuliah investigasi wabah, materi penyelidikan epidemiologi, yang saya dapat dari Bapak Dr. Solah Imari, M.Sc saya dengan kukuhnya ingin bertemu penderita tersebut.
Awalnya sih deg-degan banget-banget, suara gelagapan gak jelas,heheh
Tapi dengan modal percaya akhirnya saya datang ke rumah penderita tersebut.
community_epidemiology_logo
Rumahnya ternyata sangat jauh dari jalanan dan otomatis juga sangat jauh dari puskesmas.
Berikut adalah hal-hal yang saya tanyakan kepada penderita DBD tersebut:
Nama : xxxxxx
Umur : ## tahun
Alamat : xxxxxx
Awal sakit : Jumat, 22 Maret 2013
Gejala awal : Panas siang dan malam, kepala sakit, ada bintik-bintik merah di tangan, dan ada pendarahan di hidung atau mimisan.
Waktu berobat : Sabtu, 23 Maret 2013 di xxxxx oleh xxxxxx
Tindakan pengobatan : Test darah setelah 3 hari panas sebanyak 3 kali dan hasilnya positif DBD.
Obat yang diberikan : obat panas, inpusan, omeprazole, neurobat, ofloxacin.
Terakhir berobat : Rabu, 27 Maret 2013
Observasi lingkungan rumah :
– Di depan rumah terdapat kebun yang luas
– Di kebun tersebut terdapat ember dan kaleng yang bisa menampung air
– Banyak baju yang digantung di dalam rumah.
– Bak mandi kotor seperti jarang dikuras.

Saya pikir dengan keterangan seperti itu sudah bisa memberitahukan puskesmas setempat untuk melakukan tindak lanjut di sana. Namun saya salah. Ada hal sepele yang tidak saya tanyakan. Hal itu adalah nomer kontak penderita agar pihak puskesmas bisa menanyakan lebih gamblang dan dari segi alamat, saya lupa menanyakan nomer rumah penderita tersebut. Hal sepele namun sangat penting.
Yaaah, namanya juga masih mahasiswa. Masih ditolerir kalau ada kesalahan,heheh. 😀
Namun hal tersebut sangat berguna untuk bahan pembelajaran saya ke depannya bahwa hal tersebut harus ditanyakan secara detail dan terperinci.
Oiya, ada birokrasi yang saya pikir sangat berbelat-belit atau memang saya tidak mengetahui hal tersebut sebelumnya atau bagaimana, saya juga masih kurang paham.
Ketika saya memberitahukan ini ke puskesmas setempat, saya disuruh untuk memberitahukan kepada penderita DBD tersebut untuk melaporkan dirinya ke RT di wilayah tersebut padahal ibu RW nya saja sudah mengetahui,hehehhe. #gak ngerti juga sih buat apa dilaporin lagi.
Mungkin untuk bahan rujukan dari RT, #mungkin… hehehhe.
Lalu ada hal yang saya tanyakan sendiri di dalam hati saya.
Sebenarnya, masa inkubasi DBD berapa yaaa??
Setelah mencari referensi, ternyata saya mengetahui bahwa masa inkubasi DBD adalah 4-6 hari (Bustan, 2008).
Masa inkubasi adalah waktu dari saat paparan agen menular sampai tanda-tanda dan gejala penyakit muncul. Dalam biologi, masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya setiap proses pertumbuhan tertentu (http://kamuskesehatan.com/arti/masa-inkubasi/).

#ada sms masuk dari petugas puskemas setempat#
“Trombosit penderita tersebut berapa?”
huuuuuuaaaah. Gaswat tingkat dewa, kenapa gak nanya itu juga ya semalem? huuuuuuh….
Benar-benar masih amatiran banget nih sebagai epidemiolog.
Kadar trombosit normal adalah 150.000 sampai 400.000. Pada kasus DBD parah, kadar trombosit dapat turun sangat rendah. Kadar trombosit yang turun di bawah 100.000 merupakan pertanda bahaya, dan jika turun di bawah 50.000 dapat berakibat fatal bagi penderita. Trombosit di produksi di sum-sum tulang. Umurnya sekitar 5 – 10 hari. Fungsi trombosit adalah mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jika kadarnya kurang, maka akan terjadi perdarahan, dari ringan sampai berat, tergantung dari nilai trombosit. Akibat dari perdarahan adalah jumlah darah berkurang dan tekanan darah turun. Jika keadaan ini terus berlangsung dan tidak diatasi, maka penderita dapat mengalami kematian.
Oleh karena itu, jika kadar trombosit sangat rendah, dokter biasanya akan melakukan transfusi trombosit untuk mencegah timbulnya perdarahan lebih lanjut
(http://www.catatandokter.com/2012/02/nilai-trombosit-pada-penyakit-dbd.html).

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.